Prinsip Tes Psikologi

Beberapa standar belaku pada tes psikologi. Shultz & Schultz (2010) menekankan adanya prinsip yang berlaku pada alat ukur psikologi untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran. Kesalahan dalam pengukuran dalam ilmu psikologi dapat berakibat fatal bagi klien yang ditangani [3]. Beberapa Prinsip atau watak yang digunakan dalam alat ukur tes psikologi antara lain:

  1. Standardisasi alat ukur psikologi
    Konsitensi dalam penerapan alat ukur perlu diberlakukan selama proses asesmen dan tes psikologi dijalankan. Konsistensi juga mencakup standadisasi pada pembelakuan prosedur, langkah dan mekanisme pelaksanaan hingga penilaian. Tes psikologi perlu dijalankan pada lingkup yang sama jika dilakukan secara masal (umum) untuk menghasilkan gambaran yang setara.
  2. Objektivitas dalam Penilaian
    Objektivitas pada penilaian tes psikologi bermakna menjauhkan tes psikologi dari pemaknaan-pemaknaan yang bersifat personal. Nilai-nilai yang bersifat bias perlu dhilangkan pada fase penilaian (scoring). Dengan prinsip ini, penilaian dilakukan dengan cara sama untuk memperoleh hasil yang objektif untuk setiap klien.
  3. Adanya Norma Pengujian
    Hasil umum dari pengujian pada kelompok besar yang juga mencakup hasil pengujian pada individu dapat diperbandingkan dengan hasil pada kelompok lain. Proses pembandingan ini perlu mempertimbangkan kesamaan karakteristik pada masing-masing kelompok yang akan diperbandingkan. Proses ini memerlukan penentuan titik atau konstruksi referensial yang menjadi acuan dalam membedakan hasil tes pada kelompok yang berbeda.
  4. Reliabilitas
    Reliabilitas bermakna keajegan. Alat ukur perlu menunjukkan performa yang konsisten setelah dibelakukan atau digunakan pada beberapa tes yang dilakukan menggunakan alat ukur yang sama.
  5. Validitas
    Validitas bermakna kesesuaian penggunaan alat ukur dengan tujuan pengukuran itu sendiri. Mengingat satu alat ukur memiliki tujuan dan lingkup pengukuran, maka alat ukur harus dapat digunakan pada konteks yang benar.